Layanan Kegiatan Ritual Keagamaan dari Kandungan hingga Akhir Hayat

Dalam kehidupan masyarakat Bali, ritual keagamaan merupakan bagian penting yang menyertai perjalanan manusia sejak berada di dalam kandungan hingga kembali ke alam niskala. Setiap tahapan kehidupan memiliki upacara khusus yang bertujuan menjaga keseimbangan antara sekala dan niskala, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta memastikan manusia menjalani hidup dengan selaras, bersih, dan penuh makna.

Sebagai bentuk pengabdian terhadap tradisi dan ajaran leluhur, Yayasan Dalem Gedong Ratih menyediakan pendampingan lengkap untuk berbagai ritual keagamaan tersebut. Setiap upacara dipandu oleh pemangku atau rohaniawan yang memahami pakem Bali, sehingga seluruh proses dapat berjalan dengan benar, tulus, dan sesuai sastra.

---

Tahapan Ritual Keagamaan yang Dilayani

1. Magedong-Gedongan

Upacara ini dilakukan saat seorang ibu muda memasuki usia kehamilan 3 bulan.
Tujuannya adalah memohon keselamatan bagi ibu dan janin, membersihkan gangguan niskala, serta menyambut hadirnya jiwa suci yang turun ke kandungan.
Magedong-gedongan menjadi simbol awal lahirnya kehidupan baru dan ikatan kasih antara ibu dan sang jabang bayi.

---

2. Mapetik (Tiga Bulanan)

Ketika bayi berumur 3 bulan (105 hari), upacara Mapetik dilakukan sebagai bentuk penyucian dan penyambutan resmi bayi ke dunia.
Dalam upacara ini, bayi pertama kali menginjakkan kaki di tanah secara simbolis melalui upacara biakala-biakala yang memohon perlindungan agar kehidupan sang bayi berjalan dengan tenteram.

---

3. Meotonan / Tigang Oton

Dilaksanakan saat bayi memasuki usia 6 bulan atau 18 bulan menurut kalender oton Bali.
Upacara ini bertujuan memperkuat kekuatan niskala anak, membersihkan energi negatif, serta memperteguh perjalanan hidupnya.
Biasanya disertai dengan upacara kecil, pemotongan rambut, atau simbol-simbol pembersihan lainnya.

---

4. Menek Daa / Teruna – Ngeraja Suala dan Ngeraja Singa

Upacara ini dilakukan ketika anak mulai memasuki masa remaja.
Menek Daa adalah tanda bahwa seorang anak telah siap mengembangkan diri, menata moral, dan mulai menjalankan tanggung jawab sosial.
Ngeraja Suala dan Ngeraja Singa adalah bentuk peningkatan spiritual dan penyucian yang menandai perubahan status dari masa kanak-kanak menuju teruna atau déha.

---

5. Masangih / Metatah (Upacara Potong Gigi)

Merupakan salah satu upacara penting dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali.
Masangih bertujuan mengendalikan enam musuh dalam diri manusia (sad ripu): kama, loba, krodha, mada, moha, dan matsarya.
Upacara ini menjadi simbol bahwa seseorang telah siap menjalani kehidupan dewasa dengan sikap lebih matang, suci, dan bertanggung jawab.

---

6. Pawintenan

Pawintenan adalah upacara penyucian diri bagi seseorang yang ingin meningkatkan spiritualitas dan memperkuat hubungan dengan Ida Hyang Widhi Wasa.
Upacara ini dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti persiapan menjalankan tugas adat, upacara seni, pendidikan spiritual, atau pelayanan sosial.
Dengan pawintenan, seseorang memperoleh vibrasi energi positif untuk menjalankan dharmanya.

---

7. Pawiwahan (Upacara Pernikahan)

Pawiwahan merupakan upacara sahnya ikatan suci pernikahan secara sekala dan niskala.
Yayasan membantu pelaksanaan upacara ini agar berjalan sesuai pakem, mulai dari pemilihan hari baik, rangkaian upacara, hingga doa penyatuan dua keluarga.
Pawiwahan menjadi simbol penyatuan jiwa, tanggung jawab, dan keharmonisan rumah tangga baru.

---

8. Makarya (Upacara Besar)

Makarya adalah upacara besar yang dilakukan sebagai ungkapan syukur dan persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi atas berkah dan anugerah yang telah dilimpahkan.
Upacara ini memiliki intensitas tinggi, melibatkan banyak sarana upakara, dan biasanya dilaksanakan untuk tujuan besar—baik di tingkat rumah tangga, desa adat, atau pura.

---

Pelayanan yang Tulus untuk Kehidupan Spiritual Masyarakat

Melalui pelayanan ini, Yayasan Dalem Gedong Ratih berkomitmen menjaga keaslian tradisi Bali sekaligus memberikan dukungan spiritual bagi masyarakat yang ingin melaksanakan upacara secara benar dan sesuai sastra.
Dengan dipandu rohaniawan yang berpengalaman, setiap upacara dilaksanakan dengan penuh ketulusan agar memberikan manfaat lahir dan batin bagi keluarga yang melaksanakannya.